Upacara adat ceprotan dimulai dari pagi hari, hingga hari
berikutnya. Namun rombongankami datang pada pukul 15.00 sehingga disini saya
hanya melaporkan apa yang saya lihat dan informasi yang saya dapat di lapangan.
Berikut adalah rangkaian upacara adat “ceprotan”
1.
Gejog
lesung
Tujuh orang ibu-ibu memukul mukul
lesung dengan alu dengan irama tertentu. Sederhana. Dan monoton, seperti
kebanyakan musik tradisi, namun terdengar sakral. Lalu muncullah beberapa
penari perempuan. Beberapa saat kemudian muncul seorang nenek tua yang memegang
tongkat. Ia adalah simbol dari dewi sri, yang sudah semakin renta. Disini
sebuah pesan sengaja dimunculkan, agar manusia selalu menjaga kelestarian bumi
yang sudah semakin tua. Ekspoitasi besar besaran, kebakaran hutan, penebangan
hutan, semuanya membuat keadaan memburuk.
2.
Tari
Gambyong
Kemudian acara dilanjutkan dengan
tari gambyong. Tarian ini dibawakan oleh para gadis. Tarian gambyon adalah
tarian selamat datang atau tarian pembuka yang bisa ditarikan untuk menyambut
tamu. Dahulu, sebelum upacara Ceprotan seramai sekarang dan masih murni sebuah
upacara tanpa unsure hiburan, tarian Gambyong masih belum dimasukkan dalam
rangkaian upacara.
3.
Tari
tayub
Ada hal yang menarik ketika rangkaian
upacara ini berlanjut pada tari ayub. Biasanya tari Tayub ditarikan oleh
pasangan muda mudi karena tari tayub merupakan tarian pergaulan. Namun pada
rangkaian upacara adat ceprotan, tari tayub dibawakan oleh bapak-bapak yang
berumur lebih dari 50 tahun. Mereka tidak menarikan tari tayub dengan gemulai
dan indah, namun lebih kea rah “serius” untuk melengkapi ritual dan berkesan
sacral.
4.
Prosesi
ceprotan
“prosesi” ceprotan adalah upacara
inti dari seluruh rangkaian upacara. Pertama tama, seorang sesepuh dan satu
orang pemimpin upacara membacakan babad desa Sekar yang ditulis oleh kyai
Godek. Saya sempat mencatat bunyi babad tersebut yang dibawakan dengan tembang
macapat:

Desa Sekar babad Sekartaji
Dak ing babad alas dadi desa
Kyai Godek iku dalane
Kabeh mau pyai luhur
Usuk harga diri
Babad alas alas dadi pinisepuh
Asal mulane ceprotan marga
Banyu kang nyiprat
Saka banyuning klapa
Saiki hari jadine
Ceprotan dileluri amprih lestari
Ujud dadi kabejan jawa tmur
Setelah tembang macapat selesai
dinyanyikan, kedua orang tersebut menceritakan lebih detail tentang asal mula
desa sekar, dan asal mula upacara rotual “ceprotan” berlangsung.
Kemudian, dimulaiah prosesinya. Para
pemuda dibagi dalam dua kubu, kanan dan kiri. Para pemuda dari dua arah tersebut berdiri dibelakang
pagar bambu sambil memegang kelapa. Lalu masuklah sepasang “pengantin” lengkap
dengan domas dan pengdiring yang membawa “ingkung” dan sesaji. Mereka berjalan
di tengah lapangan. Doa doa mulai dikumandangkan, para “dukun” mulai membakar
kemenyan dan menebar bunga. Lalu ketika par airing iringan berada tepat di
tengah, para pemuda dari kedua sisi melempar kelapa untuk merebut ingkung dan
sesaji yang dibawa oleh pengiring. “prosesi” berakhir ketika salah satu pihak
telah berhasil merebut ingkung dan sesaji dari pengiring.


5.
Wayang
kulit
“prosesi” ceprotan berakhir kira kira
pukul 19.00 WIB. Kami rombongan ISI YOGYAKARTA bersiap pulang. Namun rangkaian
upacara Ceprotan belum berakhir. Masih ada wayang yang akan digelar semalam
suntuk.
6.
Doa
penutup meminta hujan
Doa penutup akan dilaksanakan pada
pagi hari sesudah wayang kulit semalam suntuk berakhir.