Eksistensialisme
dan Absurdisme adalah satu paham yang muncul setelah dan selama perang dunia ke
2. Dimana pada saat itu dalam pandangan para filsuf dan dramawan semua berhak
melakukan apa yang dimau. Ketika mereka melihat pembunuhan, kekejaman
dimana-mana, dan kekuasaan yang seolah-olah mutlak. Maka timbul suatu pemikiran
bahwa setiap nyawa berhak melakukan segala hal, sebuah kebebasan mutlak. Bukan
lagi dengan berdoa, meminta pada Tuhan, atau mempercayai nasib. Semua harus
diperjuangkan. Bahkan setiap manusia bebas untuk menentukan nilai-nilai  yang ia anut. Menetapkan kebenaran dan keburukannya
sendiri. Namun ketika kebebasan mutlak tersebut didapat, maka akan muncul
sebuah permasalahan baru. Ketika kebebasan seseorang berbenturan denga
kebebasan orang lain. Maka Jean Paul Sartre, salah satu tokoh eksistensialis
terkenal mengatakan keterbatasan yang timbul akibat kebebasan mutlak itu ada
dua, yaitu:
1.      
Kekuasaan
orang lain
Salah satu hal
yang bisa menghilangkan kebebasan mutlak seseorang adalah kekuasaan orang lain.
Seseorang yang membunuh, berarti menghilangkan kebebasan seseorang untuk hidup.
Seseorang yang memperbudak orang lain, berarti telah menghilangkan kebebasan orang
lain untuk hidup merdeka. 
2.      
Kematian
Hal kedua yang
menghilangkan kebebasan mulak adalah kematian. Adanya kematian yang selalu dan
pasti datang kepada manusia dianggap menhilangkan kebebasan karena, seseorang
tidak lagi memilioki kendali untuk menolak datangnya kematian. Distulah
kebebasan mutlak manusia terenggut.
Eksistensialisme
membuka pemikiran manusia untuk menemukan kembali jati dirinya. Mengungkapkan
otentisitas mendasar manusia, menyusun sendiri nilai-nilai yang dianutnya,
menentukan kebaikan dan keburukannya sendiri, memilih sendiri sikapnya.
Inilah konsep
yang mendasari lahirnya paham absurdisme dan eksistensialisme:
1.       Pemberontakan
Sebuah pemikiran
yang lahir karena adanya pemberontakan di dalam batin dan pemikiran tentang
segala hal yang terjadi.  Ketika segala
sesuatu dipertanyakan. Ketika segala akibat dipertanyakan sebabnya. Ketika
sebua reaksi yang lahir dipertanyakan aksi sebelumnya. ketika manusia tidak
lagi menganggap “biasa” terhadap segala sesuatu, namun merupakan sebuah hal
yang pasti memilik penjelasan.
2.       Perjuangan
Seperti pada mitos
Sisipus, yang menceritakan tentan seseorang yang dihukup untuk mendorong batu
yang sangat besar ke puncak gunung, batu itu selalu menggelinding kembali
setelah mencapai puncak. Begitu seterusnya. Seperti itulah fase hidup manusia,
segala sesuatu butuh perjuangan, dan hal itu berulang-ulang namun tak pernah
sama karena peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia adalah sekali dan
sesaat.
3.       Keberadaan
Keberadaan manusia Di
dunia ini diakui hanya jika ia telah melakukan sesuatu. Jika tidak, maka tidak
akan pernah ada suatu pengakuan keberadaan dirinya. Oleh karena itu pemikiran,
teori karya adalah sesuatu hal yang harus dihasilkan manusia untuk mendapatkan
pengakuan keberadaan dirinya. 
NASKAH “SEBUAH SALAH
PAHAM” KARYA SAMUEL BECKETT SEBAGAI SALAH SATU NASKAH EKSISTENSIALIS
Di dalam naskah
“Sebuah Salah Paham” ada dua tokoh, yaitu si Buta dan si Lumpuh. Mereka berdua
dengan keterbatasan masing-masing merupakan simbol yang dimunculkan beckett
atas realitas yang terjadi dan apa yang menjadi pemikirannya. Disini
ketidaksempurnaan dunia dimunculkan sebagai simbol dialog antara dua tokoh. Mereka
berbicara tentang banyak hal, tentang keterbatasan, harapan, kematian, Tuhan,
doa, kehadiran orang lain, masa lalu, musik, dan kemungkinan kedatangan orang
lain. 
Hal-hal seperti
itu merupakan masalah yang menarik. Salah satunya, tentang kematian. Ketika si
B atau Si Lumpuh bertanya kepada si Buta mengapa ia tidak membiarkan dirinya
mati saja. Lalu Si Buta menjawab bahwa ia masih cukup bahagia. Si Lumpuh tetap
bersikerao bertanya, bukankah memang lebih baik jika Si Buta mati saja, toh
tidak ada bedanya. Akhirnya Si Buta menjawab bahwa iapun pernah memikirkan hal
itu, namun setelah ia berfikir lagi sepertinya ia cukuup bahagia dengan
hidupnya. Meskipun ia tidak bisa melihat, meskipun ia sendirian, meskipun ia
terkadang tidak memiliki makanan untuk dimakan. Tapi intinya ia cukup bahagia.
Nah, salah-masalah seperti itu merupakan permasalahan yang ada di dunia real
yang dimunculkan Beckett bahwa menusia memang harus memiliki keberanian,
perjuangan utuk tetap hidup, dan untuk melakukan sesuatu. 
Contoh lainnya
adalah permasalahan tentang Tuhan. Ketika si Lumpuh berkata kepada Si Buta
bahwa Tuhan Maha Pengasih, mengapa Si Buta tidak berdoa saja kepada Tuhan. Lalu
Si Buta menjawab bahwa dia lebih memilih menyandarkan kepalanya di kaki
sahabatnya daripada berdoa kepada Tuhan.
Juga tentang Si
Lumpuh yang memutuskan memanggil Si Buta dengan Bill meskipun Bill bukanlah
nama yang diperkenalkan Si Buta kepadanya. Hal itu merupakan simbo dari
kekuasaan penuh seorang mansia untuk mendefinisikan sendiri segala hal dalam
hidupnya.
Jadi dalam
naskah ini, Beckett mengangkat permasalahan-permasalahan yang menjadi dasar
pemikiran paham Eksistensialisme. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar