Kamis, 03 Mei 2012

EKSISTENSIALISME DAN ABSURDISME


Eksistensialisme dan Absurdisme adalah satu paham yang muncul setelah dan selama perang dunia ke 2. Dimana pada saat itu dalam pandangan para filsuf dan dramawan semua berhak melakukan apa yang dimau. Ketika mereka melihat pembunuhan, kekejaman dimana-mana, dan kekuasaan yang seolah-olah mutlak. Maka timbul suatu pemikiran bahwa setiap nyawa berhak melakukan segala hal, sebuah kebebasan mutlak. Bukan lagi dengan berdoa, meminta pada Tuhan, atau mempercayai nasib. Semua harus diperjuangkan. Bahkan setiap manusia bebas untuk menentukan nilai-nilai  yang ia anut. Menetapkan kebenaran dan keburukannya sendiri. Namun ketika kebebasan mutlak tersebut didapat, maka akan muncul sebuah permasalahan baru. Ketika kebebasan seseorang berbenturan denga kebebasan orang lain. Maka Jean Paul Sartre, salah satu tokoh eksistensialis terkenal mengatakan keterbatasan yang timbul akibat kebebasan mutlak itu ada dua, yaitu:
1.       Kekuasaan orang lain
Salah satu hal yang bisa menghilangkan kebebasan mutlak seseorang adalah kekuasaan orang lain. Seseorang yang membunuh, berarti menghilangkan kebebasan seseorang untuk hidup. Seseorang yang memperbudak orang lain, berarti telah menghilangkan kebebasan orang lain untuk hidup merdeka.
2.       Kematian
Hal kedua yang menghilangkan kebebasan mulak adalah kematian. Adanya kematian yang selalu dan pasti datang kepada manusia dianggap menhilangkan kebebasan karena, seseorang tidak lagi memilioki kendali untuk menolak datangnya kematian. Distulah kebebasan mutlak manusia terenggut.
Eksistensialisme membuka pemikiran manusia untuk menemukan kembali jati dirinya. Mengungkapkan otentisitas mendasar manusia, menyusun sendiri nilai-nilai yang dianutnya, menentukan kebaikan dan keburukannya sendiri, memilih sendiri sikapnya.
Inilah konsep yang mendasari lahirnya paham absurdisme dan eksistensialisme:
1.       Pemberontakan
Sebuah pemikiran yang lahir karena adanya pemberontakan di dalam batin dan pemikiran tentang segala hal yang terjadi.  Ketika segala sesuatu dipertanyakan. Ketika segala akibat dipertanyakan sebabnya. Ketika sebua reaksi yang lahir dipertanyakan aksi sebelumnya. ketika manusia tidak lagi menganggap “biasa” terhadap segala sesuatu, namun merupakan sebuah hal yang pasti memilik penjelasan.
2.       Perjuangan
Seperti pada mitos Sisipus, yang menceritakan tentan seseorang yang dihukup untuk mendorong batu yang sangat besar ke puncak gunung, batu itu selalu menggelinding kembali setelah mencapai puncak. Begitu seterusnya. Seperti itulah fase hidup manusia, segala sesuatu butuh perjuangan, dan hal itu berulang-ulang namun tak pernah sama karena peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia adalah sekali dan sesaat.
3.       Keberadaan
Keberadaan manusia Di dunia ini diakui hanya jika ia telah melakukan sesuatu. Jika tidak, maka tidak akan pernah ada suatu pengakuan keberadaan dirinya. Oleh karena itu pemikiran, teori karya adalah sesuatu hal yang harus dihasilkan manusia untuk mendapatkan pengakuan keberadaan dirinya.


NASKAH “SEBUAH SALAH PAHAM” KARYA SAMUEL BECKETT SEBAGAI SALAH SATU NASKAH EKSISTENSIALIS
Di dalam naskah “Sebuah Salah Paham” ada dua tokoh, yaitu si Buta dan si Lumpuh. Mereka berdua dengan keterbatasan masing-masing merupakan simbol yang dimunculkan beckett atas realitas yang terjadi dan apa yang menjadi pemikirannya. Disini ketidaksempurnaan dunia dimunculkan sebagai simbol dialog antara dua tokoh. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang keterbatasan, harapan, kematian, Tuhan, doa, kehadiran orang lain, masa lalu, musik, dan kemungkinan kedatangan orang lain.
Hal-hal seperti itu merupakan masalah yang menarik. Salah satunya, tentang kematian. Ketika si B atau Si Lumpuh bertanya kepada si Buta mengapa ia tidak membiarkan dirinya mati saja. Lalu Si Buta menjawab bahwa ia masih cukup bahagia. Si Lumpuh tetap bersikerao bertanya, bukankah memang lebih baik jika Si Buta mati saja, toh tidak ada bedanya. Akhirnya Si Buta menjawab bahwa iapun pernah memikirkan hal itu, namun setelah ia berfikir lagi sepertinya ia cukuup bahagia dengan hidupnya. Meskipun ia tidak bisa melihat, meskipun ia sendirian, meskipun ia terkadang tidak memiliki makanan untuk dimakan. Tapi intinya ia cukup bahagia. Nah, salah-masalah seperti itu merupakan permasalahan yang ada di dunia real yang dimunculkan Beckett bahwa menusia memang harus memiliki keberanian, perjuangan utuk tetap hidup, dan untuk melakukan sesuatu.
Contoh lainnya adalah permasalahan tentang Tuhan. Ketika si Lumpuh berkata kepada Si Buta bahwa Tuhan Maha Pengasih, mengapa Si Buta tidak berdoa saja kepada Tuhan. Lalu Si Buta menjawab bahwa dia lebih memilih menyandarkan kepalanya di kaki sahabatnya daripada berdoa kepada Tuhan.
Juga tentang Si Lumpuh yang memutuskan memanggil Si Buta dengan Bill meskipun Bill bukanlah nama yang diperkenalkan Si Buta kepadanya. Hal itu merupakan simbo dari kekuasaan penuh seorang mansia untuk mendefinisikan sendiri segala hal dalam hidupnya.
Jadi dalam naskah ini, Beckett mengangkat permasalahan-permasalahan yang menjadi dasar pemikiran paham Eksistensialisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar