DIMENSI KETUHANAN PADA NASKAH ARIADNE
MANUSIA MENCIPTAKAN TUHAN
Di dalam naskah Ariadne, diceritakan
tentang kerajaan Kreta yang sangat makmur, aman, tentram, dan selalu menang
dalam perang. Rakyat Kreta menyembah banyak dewa. Namun ada satu sosok Dewa
yang mereka puja sebagai pelindung dan pemberi berkah bagi kerajaan Kreta,
yaitu Minotaurus, dewa berwujud Banteng raksasa. Dewa Minotaurus begitu dipuja,
banyak sekali ritual ritual yang diadakan kerajaan maupun rakyat untuk
berterimakasih kepadanya. Dan ada satu ritual besar setiap tahun, yaitu
penyerahan korban manusia, yang akan dimasukkan ke dalam Gua tempat Minotaurus
berada kemudian dimaka noleh Minotaurus. Para korban persembahan biasanya
berasal dari Negara yang ditakhlukkan oleh kerajaan Kreta. 
Ariadne, putrid raja Minos merasa
ritual persembahan manusia untuk dImakan Minotaurus tidaklah masuk akal.
Apalagi setelah ia melihat Theseus, seorang pangeran Yunani yang ia temui dalam
mimpi akan menjadi salah satu korban Minotaurus. Ariadne menemui Raja Minos
untuk menjelaskan pendapatnya, bahwa persembahan manusia sangat tidak
manusiawi, dan juga sangat tidak masuk akal jika kerajaan sebesar Kreta
bertuhankan seekor Banteng. Jawaban Raja ternyata sangat mengejutkan.
Minotaurus tidak pernah ada. Dia adalah tokoh rekaan yang sengaja diciptakan
raja Minos untuk sebuah “figur” yang diagungkan, dipuja, disembah atas semua
kemakmuran dan kejayaan yang diterima oleh rakyat Kreta. Dan korban-korban
persembahan itu sebenarnya dimasukkan ke dalam gua labirin yang sangat rumit
sehingga mereka tersesat dan mati kelaparan disana. 
Disini jelas diceritakan, tentang
kerajaan primitif yang membutuhkan “figur” atau “sosok” untuk dipuja dan
disembah. Ini merupakan gambaran umum zamannya (naskah ini ditulis lebih dari
1000 tahun sebelum masehi ) , sebelum agama turun, manusia menciptakan Tuhannya
sendiri. Mungkin itu yang terjadi pada hewan dan tumbuhan (seekor kecoa mungkin
membayangkan tuhannya sebagai sesosok kecoa yang luar biasa). Menciptakan Tuhan
dalam rekaan akal yang dimilikinya. Karena bertuhan adalah kebutuhan dasar bagi
makhluk hidup, terutama manusia. Maka manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan
itu dengan menciptakan Tuhan.
PENCARIAN
PEMBENARAN-PEMBENARAN (BUKAN KEBENARAN)
Setelah manusia mendapatkan apa yang
menjadi kebutuhannya, maka ia akan menjadikan itu pegangannya. Segalanya akan
menjadi masuk akal, karena mereka mencari pembenaran-pembenaran oleh dan atas
apa yang diyakininya. Lebih dahsyat dari ilusi optic sekalipun, karena disini
kepercayaan sudah berubah menjadi logika. Mereka tidak perlu menanyakan kenapa
begini dan kenapa begitu, karena semua sudah dijelaskan oleh logika palsu tadi.
Dalam kasus naskah Ariadne, para penduduk bahkan sama sekali belum pernah
melihat secara langsung sosok sang Dewa. Tapi mereka percaya. Bahkan melakukan
ritual-ritual, persembahan nyawa manusia demi sosok dewa yang katanya seekor
banteng dan sama sekali belum pernah ditemuinya. Luar biasa!
Seiring dengan berjalannya ritual
dari tahun ke tahun, kemakmuran yang didapatkan oleh segenap warga kerajaan
Kreta memberikan pembenaran-pembenaran pada kepercayaan mereka. Lalu turun
menurun sebagai doktrin, dan bum! Mereka telah menciptakan agama. Menciptakan
Tuhan. Lantas siapa yang menciptakan manusia? Tuhan? 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar