Kamis, 03 Mei 2012

ANALISIS NASKAH "ADUH" (PUTU WIJAYA)


Struktur naskah drama “ADUH”
·         Alur
Drama “aduh” yang terdiri dari babak-babak merupakan aplikasi dari alur melingkar yang menekankan pengembangan masalah dan pembentukan peristiwa setiap bentuknya. Pada dasarnya alur tersebut terlihat jelas pada pengulangan peristiwa sebagai pengganti klimaks untuk membina puncak adegan.
Contoh adegan terlihat dalam babak dua, hadirnya kaleng balsam yang dijadikan media untuk mengalihkan masalah bau ke masalah hantu, dimana pemilik balsam melihat hantu bergelantungan di rumpun bamboo. Kemudian hadirnya tokoh kesurupan mengalihkan permasalahan pada proes mengangkat mayat.
Bwgitulah proses pengulangan-pengulangan masalah yang terjadi dalam babak kedua drama “aduh”. Proses demikian juga terjadi pada babak yang lain.
System pengalihan peristiwa atau memutuskan suatu masalah yang sedang berkembang, lalu loncat ke masalah yang lain merupakan prroses membentuk puncak dan mempertahankan irama cerita. Irama itulah yang menambah daya tark lebih besar karena dapat menimbulkan pola permainan dinamis yang menghasilkan variasi gaya cerita antara masalah serius dengan peristiwa yang menghasilkan lelucon.
Rangkaian alur yang berpola lingkaran pada dasarnya ingin berbicara bahwa konfli yang terjalin belum selesai. Namun symbol yang tersurat merupakan binaan konflik dan dinamika cerita yang membuat cirri tersendiri untuk drama “aduh” sehingga terdapat perbedaan mencolok dengan drama-dra konvensional yang selalu menemukan penyelesaian di setiap masalah yang diciptakannya.

·         Penokohan & dialog

Kebanyakan drama konvensional tokoh yang dihadirkan mempunyai karakter, pola dialog yang jelas ini sangat bertolak belakang dengan tokoh yang dihadirkan dalam naskah “aduh”. Tokoh dalam naskah “aduh” ini cukup diwakilkan watak yang dihadirkan lewat pola berkelompok yang terdiri dari berbagai macam watak.  Keheterogenan massa ini menjadikan watak kelompok terwakili dari banyaknya orang.
Tokoh dalam naskah ini hanya diwakilkan dengan nama “salah seorang” yang mendakan identitas sebuah kelompok. Dan beberapa tokoh pendukung sebagai salah satu wujud pendukung cerita, seperti tokoh yang sakit, pemilik balsam, pemimpin, merupakan sebuah simbol yang menandakan atau simbol dari watak yang ada dalam sebuah kelompok.
Untuk pola dialog yang digunakan bukan wujud dari watak masing-masing tokoh, itu dikarenakan dialog yang digunakan bisa diucapkan oleh siapa saja dalam kelompok itu. Tidak ada tokoh protagonist dan antagonis dalam naskah ini. Pro dan kontra timbul secara spontan di dalam kelompok.

·         Setting
·         Tempat adegan
Di dalam naskha “aduh”  tempata terjadinya peristiwa tidak terlalu dijelaskan, namun ada petunjuk tak lansung di dalam naskah. Ada tiga cara Putu wijaya menunjukkan tempat adegan. Pertama, dalam keteragan pembukaan drama. Ditulis denga huruf miring. Kedua, petunjuk tengntan tepat kejadian tersirat dalam dialog pemain. Ketiga, petunju disisipkan diantara dialog, ditulis dengan huruf miring.

·         Waktu
Dalam naskah ini, perubahan penanda waktu sangat penting, untuk perubahan tata cahaya dan untuk menggulirkan suasana satu ke suasana berikutnya.  Seperti misalnya pada babak satu, peristiwa dimulai dari siang hari dan diakhiri dengan tenggelamnya matahari, gelap turun. Pergantuian waktu juga merupakan pertanda pergantian babak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar