Struktur naskah drama “ADUH”
·        
Alur
Drama
“aduh” yang terdiri dari babak-babak merupakan aplikasi dari alur melingkar
yang menekankan pengembangan masalah dan pembentukan peristiwa setiap
bentuknya. Pada dasarnya alur tersebut terlihat jelas pada pengulangan
peristiwa sebagai pengganti klimaks untuk membina puncak adegan.
Contoh
adegan terlihat dalam babak dua, hadirnya kaleng balsam yang dijadikan media
untuk mengalihkan masalah bau ke masalah hantu, dimana pemilik balsam melihat
hantu bergelantungan di rumpun bamboo. Kemudian hadirnya tokoh kesurupan
mengalihkan permasalahan pada proes mengangkat mayat.
Bwgitulah
proses pengulangan-pengulangan masalah yang terjadi dalam babak kedua drama
“aduh”. Proses demikian juga terjadi pada babak yang lain.
System
pengalihan peristiwa atau memutuskan suatu masalah yang sedang berkembang, lalu
loncat ke masalah yang lain merupakan prroses membentuk puncak dan
mempertahankan irama cerita. Irama itulah yang menambah daya tark lebih besar
karena dapat menimbulkan pola permainan dinamis yang menghasilkan variasi gaya
cerita antara masalah serius dengan peristiwa yang menghasilkan lelucon.
Rangkaian
alur yang berpola lingkaran pada dasarnya ingin berbicara bahwa konfli yang
terjalin belum selesai. Namun symbol yang tersurat merupakan binaan konflik dan
dinamika cerita yang membuat cirri tersendiri untuk drama “aduh” sehingga
terdapat perbedaan mencolok dengan drama-dra konvensional yang selalu menemukan
penyelesaian di setiap masalah yang diciptakannya.
·        
Penokohan
& dialog
Kebanyakan drama
konvensional tokoh yang dihadirkan mempunyai karakter, pola dialog yang jelas
ini sangat bertolak belakang dengan tokoh yang dihadirkan dalam naskah “aduh”.
Tokoh dalam naskah “aduh” ini cukup diwakilkan watak yang dihadirkan lewat pola
berkelompok yang terdiri dari berbagai macam watak.  Keheterogenan massa ini menjadikan watak
kelompok terwakili dari banyaknya orang.
Tokoh dalam naskah
ini hanya diwakilkan dengan nama “salah seorang” yang mendakan identitas sebuah
kelompok. Dan beberapa tokoh pendukung sebagai salah satu wujud pendukung
cerita, seperti tokoh yang sakit, pemilik balsam, pemimpin, merupakan sebuah
simbol yang menandakan atau simbol dari watak yang ada dalam sebuah kelompok. 
Untuk pola dialog
yang digunakan bukan wujud dari watak masing-masing tokoh, itu dikarenakan
dialog yang digunakan bisa diucapkan oleh siapa saja dalam kelompok itu. Tidak
ada tokoh protagonist dan antagonis dalam naskah ini. Pro dan kontra timbul secara
spontan di dalam kelompok.
·        
Setting
·        
Tempat adegan 
Di dalam naskha “aduh” 
tempata terjadinya peristiwa tidak terlalu dijelaskan, namun ada
petunjuk tak lansung di dalam naskah. Ada tiga cara Putu wijaya menunjukkan
tempat adegan. Pertama, dalam keteragan pembukaan drama. Ditulis denga huruf
miring. Kedua, petunjuk tengntan tepat kejadian tersirat dalam dialog pemain.
Ketiga, petunju disisipkan diantara dialog, ditulis dengan huruf miring.
·        
Waktu
Dalam naskah ini, perubahan penanda waktu sangat penting,
untuk perubahan tata cahaya dan untuk menggulirkan suasana satu ke suasana
berikutnya.  Seperti misalnya pada babak
satu, peristiwa dimulai dari siang hari dan diakhiri dengan tenggelamnya
matahari, gelap turun. Pergantuian waktu juga merupakan pertanda pergantian
babak. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar