Senin, 02 Januari 2012

KOTAK HADIAH


Kepada : kotak hadiah tak bernama pengirim

Hai.. apakabar? Aku berdoa agar kau baik-baik saja…
Kabarku? Tak perlu kau risaukan… aku akan melanjutkan kehidupanku seperti biasanya…seperti yang telah kuputuskan….
Kotak hadiah…. Aku meminta maafmu atas semua ini… atas keputusanku untuk tidak membukamu….
Aku tidak terbiasa menerima hadiah… lalu tiba-tiba aku mendapatkan kau, kotak hadiah tak bernama pengirim yang datang tanpa alasan apapun… hari itu bukan hari ulang tahunku, bukan tahun baru, bukan natal….. hari itu hari biasa yang menjadi hari paling indah dalam hidupku…. Karena tiba-tiba kau muncul di depan pintu rumahku…
Dulu, aku pernah menerima kotak hadiah… kotak yang sangat indah.. tidak besar sepertimu, tapi menjadi yang paling indah Karena aku belum pernah menerima hadiah sebelumnya… namun ternyata isinya membuat orang tuaku membuangnya. Berbahaya, kata mereka. Aku menangis sejadi-jadinya. Bertahun-tahun kemudian baru aku mengerti apa maksud orang tuaku. Hadiah itu mungkin memang tidak cocok untukku….
Lima tahun sesudah itu, atau tepatnya dua tahun yang lalu… aku kembali mendapatkan hadiah di hari spesialku. Kotaknya besar…indah…dan ketika aku membukanya, semua orang yang ada disitu, orang tuaku, paman bibiku, saudara-saudaraku, teman-temanku, semuanya bertepuk tangan… aku melihat kearah mereka satu persatu.. mereka tersenyum bahagia… aku pun ikut tertawa dan bertepuk tangan tanpa mengerti apa maksud mereka. Melihat mereka tersenyum, aku menyimpulkan bahwa hadiah itu memang baik untukku… aku mendekap hadiah itu di dadaku, dan membawanya kemanapun. Semua orang yang melihat ikut senang. Aku semakin yakin bahwa hadiah itu memang hadiah yang terbaik untukku. Namun, hadiah itu memiliki duri yang panjang tapi sangat halus sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Dan terkadang itu menusuk kulitku sangat dalam ketika aku mendekapnya. Rasanya sakit. Bahkan tekadang sangat sakit. Aku tidak mempermasalahnya, karena semua orang senang dan mengatakan aku beruntung mendapatkan hadiah seperti itu.
Hingga akhirnya aku menemukanmu di depan pintu , di pagi hari yang sangat biasa. Kotak hadiah yang besar dan sangat indah…. Aku bahagia…. Sangat bahagia….
Aku melepaskan hadiahku yang selama ini kudekap. Kuletakkan pelan-pelan di tempat tidur. Kulihat darah mengalir perlahan dari kulitku.. perih. Lalu berlari mendekatimu. Mengagumimu. Menerka-nerka apa isimu, dan siapa yang mengirimmu. Aku memanggil orang tua dan teman-temanku. Aku ingin melihat reaksi mereka melihat kotak  hadiah seindah ini… mereka mungkin bertepuk tangan lebih keras daripada dua tahun yang lalu…
Namun ternyata tidak. Mereka hanya menarik napas panjang dan saling pandang. Aku memandang mereka satu persatu. Mereka mengalihkan pandangan, menghindari mataku. Lalu salah satu memekik melihat baju putihku bernoda merah di bagian dada. Mereka berkerumun memeriksa luka di dadaku. Aku tidak bisa menutupinya lagi, darahnya merembes keluar tanpa sepengetahuanku. Aku menjelaskan dengan terbata-bata bahwa luka itu akibat duri yang ada pada hadiah yang selama dua tahun ini kudekap. Mereka memelukku. Beberapa dari mereka menyuruhku untuk tak lagi mendekap hadiahku kemanapun. Sisanya, hanya diam dan mencoba membersihkan lukaku.
Aku menghabiskan waktu dua hari untuk menatapmu yang kuletakkan setengah meter di meja di depanku tanpa menyentuhmu. Aku masih meletakkan hadiahku di tempat tidur. Aku tak ingin memegang apapun. Dadaku masih sangat nyeri. Dan aku masih belum berani untuk mendekapmu. Aku tidak mau bertindak gegabah.
Akhirnya, dengan proses berfikir  panjang dan melelahkan, aku memutuskan untuk meletakkanmu di atas lemari kamarku. Aku bisa melihatmu kapanpun tanpa mengurangi gairah keingintahuanku tentangmu. Keindahan dan kekagumanku padamu pun akan menjadi sesuatu yang abadi dalam ingatanku. Karena jika aku memutuskan untuk membukamu, ada tiga hal yang akan tak pernah kuinginkan terjadi. Pertama, jika aku membukamu dan mengetauhi kau tak seindah yang kubayangkan, tak seindah kotak yang kukagumi, maka aku akan kecewa. Aku akan kehilangan gambaran tentang keindahan dalam hidupku. Aku akan membencimu. Kedua, jika kau lebih indah dari yang aku bayangkan, maka aku akan terlalu gembira. Membawamu kemanapun dan meninggalkan hadiah lamaku. Kegembiraan yang berlebih jelas tak kuinginkan dalam proses peng-nol-an diriku. Dan jika aku menyimpan kembali hadiah lamaku dalam kotak, maka orang-orang yang duu bertepuk tangan akan kecewa. Aku tak mau menyakiti mereka. Lagipula aku tak mendapatkan respon yang baik saat aku menunjukkanmu bila dibanding saat aku membuka hadiah lamaku. Meski bagiku kau sangat luar biasa. Dan kemungkinan ketiga, jika kau persis seindah yang kubayangkan.. maka aku jelas akan mendekapmu kemanapun dan melupakan hadiah lamaku. Hasilnya akan sama seperti kemungkinan kedua. Ditambah lagi, aku akan mengetauhi segala sesuatu tentangmu, menjadi bosan, atau marah pada suatu waktu. Aku tidak ingin hal itu terjadi….
Maka biarlah kau tetap disitu. Diatas lemari. Aku bisa melihatmu kapanpun. Aku akan tetap menerka-nerka apa isimu. Bagaimana reaksiku jika aku mengetauhi isimu. Apakah perubahan yang kau ciptakan jika aku membukamu. Ya…. Kau dan segala sesuatu tentangmu akan abadi dalam ingatanku. Cukup dengan melihatmu, aku akan selalu tersenyum sesakit apapun luka di dadaku, sepahit apapun kenyataan yang kuhadapi…
Sekali lagi aku meminta maafmu… dan tentu saja terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiranmu. Atas keajaiban yang mengirimmu untukku….

1 komentar: