Kamis, 04 Agustus 2011

PELACUR DAN SANG PRESIDEN

KARYA: RATNA SARUMPAET
Cerita  ini dimulai ketika Jamila, 26 tahun, seorang Pelacur, menyerahkan diri pada kepolisian, mengaku telah membunuh seorang Pejabat Negara yang menjadi langganannya. Untuk perbuatannya itu dia kemudian dijatuhi hukuman mati. Sebelum dieksekusi, permintaan terakhir Jamila bukan bertemu Ibu atau Ayahnya. Dia meminta untuk dipertemukan dengan Presiden dan seorang ulama tersohor, membuat
masyarakat semakin marah.  
Jamila lahir di tengah sebuah masyarakat dimana memperdagangkan anak perempuan untuk dijadikan sebagai pelacur adalah hal biasa bahkan sudah membudaya. Lahir cantik, Jamila sudah digadaikan Ayahnya pada seorang mucikari ketika gadis itu masih berusia dua tahun.  Tanpa setahu suaminya, Ibunda Jamila diam-diam menculik Jamila, lalu enyerahkannya pada keluarga Wardiman. Sebagai keluarga terpandang dan terpelajar,  Ibu
Jamila yakin dibawah lindungan keluarga Wardiman - Jamila akan aman sekaligus bisa memperoleh pendidikan memadai. Apa yang diharapkan Ibunda Jamila ternyata jauh dari kenyataan. Dua laki-laki di tengah keluarga terhormat itu (suami dan putra tunggal Bu Wardiman) setiap malam menggerayangi Jamila, dan untuk menghentikannya Jamila terpaksa membunuh, dan kabur. Sebuah pengalaman amat buruk yang terus membekas dan membayangi perjalanannya.  
            Jamila tidak pulang ke kekeluarganya. Dia bertekad memperbaiki nasibnya dengan mandiri. Sebuah tekad yang jelas tidak mudah. Mencari pekerjaan tanpa pendidikan yang memadai – memaksa Jamila terseret ke lingkungan keras perdagangan perempuan. Upayanya menjadi TKI tidak mulus. Kecantikannya membuat para agen lebih tergiur memperdagangkannya sebagai pelacur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar