Minggu, 22 November 2015

timbang

Aku tidak tau pasti siapa yang paling merugi. Mungkin nampak seperti kamu, atau malah aku. Titian ini belum juga jelas akan lebih berat di sebelah mana. Yang aku tahu, aku melakukannya  hanya karena aku belum ingin berhenti, bukan masalah untung rugi. Kamu mungkin akan menyumpahiku, atau malah tertawa karena bahagia tidak harus berusaha keras berada disisiku.
Aku terbiasa menahan semua perasaanku. Membenci ataupun  mencintai diam-diam, keduanya seperti menelan makanan saat radang tenggorokan. Menyakitkan. Apalagi jika merasakan keduanya bersamaan, kepada satu orang.
Kamu mungkin paham, atau malah sama sekali tidak, tentang betapa inginnya aku membuatmu bahagia. Betapa inginnya aku melihatmu meraih semua yang kamu inginkan. Betapa sedihnya aku saat melihatmu terluka, sementara aku tidak mampu melakukan apa-apa.
Aku mencintai dengan sangat mengerikan. Aku akan memaafkan semua kesalahan orang yang kucintai. Aku akan meletakkan segala macam logika yang selama ini kujunjung tinggi. Aku akan menempuh cara apapun demi melihat binar di mata orang yang kucintai. Aku bahkan bersedia melukai diriku sendiri untuk ditukar dengan seulas senyumnya. Berlebihan, memang. Oleh sebab itu aku membencinya. Membenci keadaan dimana aku jatuh cinta. Terlebih padamu. Saat bahkan aku belum cukup mencintai diriku sendiri. Aku hampir yakin aku akan tumbang. Hanya tinggal menunggu waktu. Karena aku terbiasa bertanggung jawab terhadap segala perbuatanku, termasuk jatuh cinta.
Aku tidak akan membebanimu dengan apa yang aku rasakan. Ini adalah sepenuhnya milikku. Rasaku. Cintaku. Kumohon jangan ikut campur, dengan bertanya bagaimana dan mengatasnamakan kita.