Selasa, 10 Januari 2012

MENARIK RANTAI




Kakiku terantai. Entah sejak kapan. Entah karena apa. Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya. Tiba-tiba saja aku sudah disini. Tiba-tiba saja aku sudah mendapati kakiku terantai di bawah pohon ini. Walaupun begitu, rantai ini sama sekali tidak menyakitiku. Lagipula pohon ini sudah cukup memberiku makan. Air? Tenang saja, batang pohon ini memiliki ceruk yang selalu berair. Airnya luar biasa segar. Aku tidak tau darimana air itu berasal. Aku tidak mau tau.  Yang jelas aku nyaman di bawah pohon ini, dan kebutuhanku tercukupi.
Apabila aku ingin mengejar kupu-kupu, aku masih bisa. Rantaiku cukup panjang. jika aku ingin  berlarian bercanda dengan para tupai, rantaiku juga masih cukup panjang. Aku tidak tau pasti seberapa panjangnya. Aku sama sekali tidak bisa memprediksi berapa jauh jarak yang maksimal yang bisa kulalui dengan kaki terantai seperti ini.  Akh…. Apa yang aku fikirkan. Aku tidak mau berfikir aneh-aneh.  Semua ini sudah sangat nyaman bagiku. Aku tak mau ambil resiko. Fikiran macam apa itu.
………………………………………… Tapi tunggu dulu, setidaknya mungkin aku perlu mencoba! ……………………. Akh… tidak… tidak..! ada-ada saja!!
Sampai suatu pagi, aku melihat kawanan burung terbang kearah selatan. Aku bertanya pada mereka kemana mereka hendak pergi. Tak ada jawaban. Aku tidak bisa bahasa burung! Akh…. Bodohnya… banyak sekali hal diluar sana yang tak kuketahui. Mungkin saja jika aku memberanikan diri untuk pergi dari sini, aku bisa belajar bahasa burung. Mmm atau mungkin bahasa kupu-kupu. Pasti menyenangkan sekali. Mereka sangat indah…. Akh, apa sebenarnya yang kufikirkan. Aneh… terlalu mengada-ada…bisa saja baru beberapa langkah dari sini aku dimangsa serigala. Aku memang seharusnya berada di sini. Kakiku terantai di sini. Berarti memang sudah seharusnya aku di sini!
Aku sedang bermain dengan kupu-kupu di jariku saat entah apa yang mengarahkan pandanganku pada barisan semut yang membawa hewan sejenis rayap yang puluhan kali lebih besar dari tubuh mereka. Aku tak pernah melihat hewan seperti itu sebelumnya. mirip rayap, namun bersayap lebih besar. Pastilah hewan itu tinggal jauh di luar daerah ini. Astaga… semut sekecl itu bahkan sudah pernah pergi lebih jauh dariku. Atau mungkin jangan-jangan hewan itu bisa ditemui dari seberang jembatan itu. Cukup dekat. Atau… jangan-jangan masih banyak lagi hewan yang lebih indah dari kupu-kupu? Atau bunga yang lebih indah dari teratai di sungai? Atau jangan-jangan ada makhluk hidup lain yang bisa kuajak berbicara? Astaga……. Aku tak pernah tau apa-apa….
Gelap datang. Kulihat jauh disana ada banyak cahaya terang benderang. Mungkinkah disana tempat tinggal kunang-kunang raksasa? Atau mungkin itu bukan kunang-kunang… itu hewan lain… akh… seperti apa kira-kira bentuknya….haruskah aku kesana? Mungkin rantaiku cukup panjang untuk menuju kesana. Tempat itu tak seberapa jauh. Mmmm… sepertinya juga cukup aman…. Akh… mataku berat, sebaiknya aku tidur. …………………………….
Cahaya itu belum juga meredup… apa mereka tidak tidur?
……………………………………………………………………………………………………
Entah kenapa pagi sepertinya mengulur waktu. Ia tak tepat waktu. Aku gelisah. Menunggu pagi yang tak kunjung datang. Seperti janjinya setiap hari, ketika ia datang maka ia akan menguapkan segala kerisauan. Semudah tatkala ia mengusir gelap. Namun kali ini aku merasa ia ingkar janji.
Sssshhhhhhhhh….. kreekkk……….tik.. tik…. Suasana yang membangun alur tanpa satuan waktu.
Ini tidak adil.. pagi benar-benar ingkar janji. Aku harus pergi……
Banyak kali desahan angin, dan aku masih mematung. Ragu. Aku benar-benar harus pergi.
Tujuh langkah pertama… tak ada sesuatu yang menyakitkan di kakiku. Aman. Rantai ini cukup panjang. hap hap hap… aku berjalan melewati jembatan. Dadaku berdesir…. Ini adalah langkah terjauh dalam hidupku… dan, rantaiku masih cukup panjang. astaga.. aku menginjak tanah yang berair… kakiku jadi sangat kotor, tapi aku malah tertawa kegirangan. Ini kali pertamanya aku harus berhati-hati melangkah agar tak mengenai tanah becek, dan jika aku menginjaknya maka kakiku akan kotor terendam lumpur. Aku tau resiko itu. Tapi itu tantangan buatku. Aku mulai berjalan jinjit. Lalu aku bosan…. Aku mulai setengah berlari. Mmm… bagaimana jika aku menari seperti kupu-kupu? Ya, itu sangat menyenangkan! Aku hampir lupa sejauh mana aku melangkah. Namun yang kutahu pasti, rantaiku masih cukup panjang. aku bahagia. Aku merasa hidup….!!!
Astaga… apa yang ada didepanku itu? Aku seperti bermimpi…. Sebuah padang bunga… berwarna-warni.. luar biasa… astaga!!!! Ada puluhan.. bahkan ratusan kupu-kupu disana… aku segera berlari menuju kesana… sebuah padang bunga yang amat luas. Aku tak tau bunga apa saja itu. Aku juga tak tau apa warnanya. Mereka beraneka macam, membaur, menyatu dalam satu kata, keindahan. Aku menari….. sampai kakiku terasa benar-benar letih. Dan jatuh tertidur dalam rerumputan. Dalam wangi bunga. Dalam keindahan. Ini surga…..
Awwwww… hidungku sakit sekali. Aku terbangun dan mendapati hidungku memerah dan sakit. Sepertinya seekor hewan telah menggigitku. Aduh.. rasanya sakit sekali. Aku menangis… lalu jatuh tertidur. Ini seperti mimpi.
Aku terbangun.. hari telah hampir gelap… hidungku masih terasa sakit…. Aku berdiri dan mendapati satu bejana penuh berisi madu dan sebuah telaga berair jernih. Ini benar-benar surga. Aku akan tinggal disini saja… dan oh… kunang-kunang mulai datang..ratusan.. bahkan ribuan ekor… ya, ya, aku akan tinggal disini. Meski ada hewan yang bisa menggigit hidungku, tapi setidaknya tempat ini tetap sempurna…. Ya, sempurna! Inilah hidup!!
Berhari-hari sudah aku tinggal di padang bunga ini. Semua keindahan ini ternyata tak menghapus rasa ingin tahuku… aku ingin mencoba tempat tempat baru… mungkin disana ada banyak lagi tempat yang lebih indah. Ya, aku harus pergi. Dan saat itu juga aku pergi. Memilih pergi lebih tepatnya.
Aku melewati hutan yang sangat rimbun. Basah. Banyak hewan. Rantaiku masih cukup panjang. aku melihat banyak sekali hewan-hewan baru yang sangat unik… ya.. inilah hidup…  Perjalanan!!
Aku menyeberangi sungai yang amat besar dengan rakit. Aku mengamati rantaiku. Mulai khawatir jika tak cukup panjang. yah… mungkin jika nanti rantai ini tak cukup panjang, aku akan kembali. Toh aku sudah pernah mencoba untuk melihat dunia luar. Aku tak akan menyesal. Aku melompat di bibir sungai. Aku telah mencapai seberang. Dan oh… astaga… apa itu? Hamparan pasir yang sangat luas…. Hampir tak ada ujung….atau mungkin sebaiknya aku kembali?
Ah tidak… tidak.. aku harus kesana… bukankah aku ingin mengalami hal-hal baru? Ya, aku berjalan mantap. Aku yakin aku mampu melaluinya. Lagipula, aku belum pernah berada di tempat seperti itu, tentu ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Aku melihat sekali lagi perbekalanku, aku sudah cukup membawa banyak air dan madu. Setidaknya aku bisa melalui tempat itu, meski harus sedikit berhemat. Ya! Inilah hidup… keberanian untuk mengambil resiko… keberanian untuk menerima tantangan!!
Hamparan pasir tanpa ujung ini ternyata menyimpan banyak sekali misteri. Aku melihat tulang belulang yang mungkin sudah disana sejak bertahun-tahun lalu. Kehabisan bekal mungkin. Disini aku juga belajar untuk menghindari ular padang pasir yang sangat berbisa. Disini aku belajar, sebahaya apapun, dia tak akan menggigit jika aku tak mengganggunya. Disini aku juga belajar menghadapi cuaca ekstrim. Malam terasa sangat dingin, dan siang hari luar biasa panas.  Aku berjalan terseok-seok. Meski aku masih memiliki perbekalan, namun perutku mulai meminta yang lain selain madu. Lalu aku melihat sebuah titik hijau dan air. Sebuah oase. Aku bergegas menyeret kakiku untuk segera sampai ke tempat itu. Rantaiku masih cukup panjang. Syukurlah. Namun ada yang aneh. Sepertinya titik hijau yang kulihat tadi tak juga kian dekat. Sepertinya ia tetap sama jauh meski aku telah bersusah payah mendekatinya. Hingga aku menyadari, itu hanya fatamorgana. Aku terlalu lelah dan lapar sehingga seolah-olah aku melihat tempat itu. Tempat yang aku inginkan. Lalu aku mulai terbiasa melihat titik hjau itu. Aku menjadi tidak terlalu bersemangat, namun tetap berdoa semoga kali ini bukan fatamorgana. Dan aku juga belajar untuk tidak kecewa jika itu memang hanya fatamorgana. Hingga di suatu siang terik, aku melihat titik hijau yang kian dekat dan kian meluas. Kesabaranku berbuah. Aku menemukan oase yang sebenarnya. Ternyata lebih hijau dan lebih luas dari yang aku “lihat” sebelumnya. luar biasa… aku bahkan tidak bersorak ketika sampai. Aku hanya tersenyum lega. Hamparan pasir yang luas itumengajarkanku banyak hal. Menjadikanku sosok baru yang lebih “siap” menghadapi dunia. Aku hidup!
Aku bertemu dengan banyak sekali makhluk sepertiku.. luar biasa…  aku bisa berbicara dengan mereka… aku beristirahat selama beberapa hari di oase ini… aku merasakan berbagai macam makanan dan minuman  yang belum pernah kurasakan sebelumnya. makanan dan minuman yang seharusnya makhluk sepertiku makan. Inilah hidup… menikmati hasil….
Aku tahu, menikmati buah dari apa yang kita tanam merupakan suatu hal yang menyenangkan. Dan bagi sebagian orang, ini merupakan akhir dari suatu perjalanan. Sebuah akhir yang bahagia. Namun aku berniat untuk melanjutkan semuanya. Bagiku, ini adalah saat yang tepat untuk memulai lagi perjalanan yang menyenangkan. Aku berkemas dan segera memulai perjalanan panjangku. Aku menyeberangi padang pasir selama dua hari dan….. aku menemukan lautan. Aku tercengang. Ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa bagiku. Aku melihat rantai di kakiku… aku yakin ini cukup panjang untuk menyeberangi lautan. Dan bila tidak, aku akan turun dan kembali.
Aku memantapkan hatiku untuk mengarungi lautan yang ada dihadapanku ini. Aku menatap daratan yang perlahan mulai kutinggalkan .  Cukup lama aku bertahan pada pandanganku. Mengingat apa yang telah aku dapat, apa yang aku pelajari, apa yang aku kenal. Bau air laut mengusikku untuk mengalihkan pandangan. Aku melihat sekeliling. Aku melihat langit. Aku melihat rantai di kakiku. Aku bahagia… inilah hidup.. memulai kembali….
Aku berlayar berminggu-minggu lamanya saat aku mulai menyadari ada setitik daratan yang kulihat, dan rantaiku masih cukup panjang.  aku bergegas menuju ujung kapal, ingin melihat lebih jelas apa yang aku lihat. Semoga itu bukan fatamorgana seperti yang kualami di padang pasir, karena telah berminggu-minggu aku hanya melihat birunya laut yang mendekati hitam.  Dan.. daratan itu semakin meluas… ya.. aku telah sampai.
Kapal mulai merapat ke daratan, aku melangkahkan kakiku dengan mantap. Aku tak mau beristirahat, aku ingin segera melanjutkan perjalananku. Rasa ingin tahuku menghapus segala macam bentuk rasa lelah.
Aku berjalan melewati daratan rendah. Ada pohon, bunga, dan berbagai macam hewan. Mereka hidup bedampingan di daerah ini dengan harmonis. Tapi ada yang aneh. Aku merasa mengenal daerah ini sebelumnya. semakin lama aku berjalan semakin aku yakin ini semua tidaklah asing bagiku. Udaranya, suasananya, kicau burungnya, kupu-kupunya, tupai… semuanya. Ya… ini seperti…. Oh! Aku telah berdiri di depan pohon tempat aku memulai perjalananku. Aku tertegun. Mengingat sejauh mana aku melangkah. Berbagai tempat yang kukunjungi. Aku duduk di bawah pohon itu samba meluruskan kakiku. Malihat rantai di kakiku. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan jika aku tidak berani pergi dari tempat ini.  Aku tak pernah tau seberapa panjang rantai ini. Dan mungkin aku tak akan pernah mengetauhi duna di luar sana. Ya… semua itu tergantung keputusanku saat itu. Ya…. Seluruh hidupku tergantung pada diriku sendiri. Bukan pada sesuatu yang ku anggap takdir yang menyebabkanku ada di bawah pohon dengan kaki terantai. Aku akan kembali tinggal di bawah pohon ini seperti dulu, namun aku jelaslah bukan yang dulu. Meski kakiku masih terantai disini, namun jejak rantaiku telah mengitari dunia. Ya… inilah hidup… memahami… baru menerima…



Senin, 02 Januari 2012

KOTAK HADIAH


Kepada : kotak hadiah tak bernama pengirim

Hai.. apakabar? Aku berdoa agar kau baik-baik saja…
Kabarku? Tak perlu kau risaukan… aku akan melanjutkan kehidupanku seperti biasanya…seperti yang telah kuputuskan….
Kotak hadiah…. Aku meminta maafmu atas semua ini… atas keputusanku untuk tidak membukamu….
Aku tidak terbiasa menerima hadiah… lalu tiba-tiba aku mendapatkan kau, kotak hadiah tak bernama pengirim yang datang tanpa alasan apapun… hari itu bukan hari ulang tahunku, bukan tahun baru, bukan natal….. hari itu hari biasa yang menjadi hari paling indah dalam hidupku…. Karena tiba-tiba kau muncul di depan pintu rumahku…
Dulu, aku pernah menerima kotak hadiah… kotak yang sangat indah.. tidak besar sepertimu, tapi menjadi yang paling indah Karena aku belum pernah menerima hadiah sebelumnya… namun ternyata isinya membuat orang tuaku membuangnya. Berbahaya, kata mereka. Aku menangis sejadi-jadinya. Bertahun-tahun kemudian baru aku mengerti apa maksud orang tuaku. Hadiah itu mungkin memang tidak cocok untukku….
Lima tahun sesudah itu, atau tepatnya dua tahun yang lalu… aku kembali mendapatkan hadiah di hari spesialku. Kotaknya besar…indah…dan ketika aku membukanya, semua orang yang ada disitu, orang tuaku, paman bibiku, saudara-saudaraku, teman-temanku, semuanya bertepuk tangan… aku melihat kearah mereka satu persatu.. mereka tersenyum bahagia… aku pun ikut tertawa dan bertepuk tangan tanpa mengerti apa maksud mereka. Melihat mereka tersenyum, aku menyimpulkan bahwa hadiah itu memang baik untukku… aku mendekap hadiah itu di dadaku, dan membawanya kemanapun. Semua orang yang melihat ikut senang. Aku semakin yakin bahwa hadiah itu memang hadiah yang terbaik untukku. Namun, hadiah itu memiliki duri yang panjang tapi sangat halus sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Dan terkadang itu menusuk kulitku sangat dalam ketika aku mendekapnya. Rasanya sakit. Bahkan tekadang sangat sakit. Aku tidak mempermasalahnya, karena semua orang senang dan mengatakan aku beruntung mendapatkan hadiah seperti itu.
Hingga akhirnya aku menemukanmu di depan pintu , di pagi hari yang sangat biasa. Kotak hadiah yang besar dan sangat indah…. Aku bahagia…. Sangat bahagia….
Aku melepaskan hadiahku yang selama ini kudekap. Kuletakkan pelan-pelan di tempat tidur. Kulihat darah mengalir perlahan dari kulitku.. perih. Lalu berlari mendekatimu. Mengagumimu. Menerka-nerka apa isimu, dan siapa yang mengirimmu. Aku memanggil orang tua dan teman-temanku. Aku ingin melihat reaksi mereka melihat kotak  hadiah seindah ini… mereka mungkin bertepuk tangan lebih keras daripada dua tahun yang lalu…
Namun ternyata tidak. Mereka hanya menarik napas panjang dan saling pandang. Aku memandang mereka satu persatu. Mereka mengalihkan pandangan, menghindari mataku. Lalu salah satu memekik melihat baju putihku bernoda merah di bagian dada. Mereka berkerumun memeriksa luka di dadaku. Aku tidak bisa menutupinya lagi, darahnya merembes keluar tanpa sepengetahuanku. Aku menjelaskan dengan terbata-bata bahwa luka itu akibat duri yang ada pada hadiah yang selama dua tahun ini kudekap. Mereka memelukku. Beberapa dari mereka menyuruhku untuk tak lagi mendekap hadiahku kemanapun. Sisanya, hanya diam dan mencoba membersihkan lukaku.
Aku menghabiskan waktu dua hari untuk menatapmu yang kuletakkan setengah meter di meja di depanku tanpa menyentuhmu. Aku masih meletakkan hadiahku di tempat tidur. Aku tak ingin memegang apapun. Dadaku masih sangat nyeri. Dan aku masih belum berani untuk mendekapmu. Aku tidak mau bertindak gegabah.
Akhirnya, dengan proses berfikir  panjang dan melelahkan, aku memutuskan untuk meletakkanmu di atas lemari kamarku. Aku bisa melihatmu kapanpun tanpa mengurangi gairah keingintahuanku tentangmu. Keindahan dan kekagumanku padamu pun akan menjadi sesuatu yang abadi dalam ingatanku. Karena jika aku memutuskan untuk membukamu, ada tiga hal yang akan tak pernah kuinginkan terjadi. Pertama, jika aku membukamu dan mengetauhi kau tak seindah yang kubayangkan, tak seindah kotak yang kukagumi, maka aku akan kecewa. Aku akan kehilangan gambaran tentang keindahan dalam hidupku. Aku akan membencimu. Kedua, jika kau lebih indah dari yang aku bayangkan, maka aku akan terlalu gembira. Membawamu kemanapun dan meninggalkan hadiah lamaku. Kegembiraan yang berlebih jelas tak kuinginkan dalam proses peng-nol-an diriku. Dan jika aku menyimpan kembali hadiah lamaku dalam kotak, maka orang-orang yang duu bertepuk tangan akan kecewa. Aku tak mau menyakiti mereka. Lagipula aku tak mendapatkan respon yang baik saat aku menunjukkanmu bila dibanding saat aku membuka hadiah lamaku. Meski bagiku kau sangat luar biasa. Dan kemungkinan ketiga, jika kau persis seindah yang kubayangkan.. maka aku jelas akan mendekapmu kemanapun dan melupakan hadiah lamaku. Hasilnya akan sama seperti kemungkinan kedua. Ditambah lagi, aku akan mengetauhi segala sesuatu tentangmu, menjadi bosan, atau marah pada suatu waktu. Aku tidak ingin hal itu terjadi….
Maka biarlah kau tetap disitu. Diatas lemari. Aku bisa melihatmu kapanpun. Aku akan tetap menerka-nerka apa isimu. Bagaimana reaksiku jika aku mengetauhi isimu. Apakah perubahan yang kau ciptakan jika aku membukamu. Ya…. Kau dan segala sesuatu tentangmu akan abadi dalam ingatanku. Cukup dengan melihatmu, aku akan selalu tersenyum sesakit apapun luka di dadaku, sepahit apapun kenyataan yang kuhadapi…
Sekali lagi aku meminta maafmu… dan tentu saja terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiranmu. Atas keajaiban yang mengirimmu untukku….